PENCEMARAN AIR SUNGAI DI PERKOTAAN
MAKALAH
Oleh :
Siti Aisah Anjarsari 102154189
Rosa Melky 102154191
Hani Bilhaq 102154193
Yayang D. Robby 102154194
Agung Saputra Dewo 102154195
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Air merupakan sumber utama kehidupan. Air berguna untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari manusia seperti minum, mandi, memasak, proses metabolisme dalam tubuh, dan kegiatan lain di luar tubuh manusia seperti membangun rumah. Selain manusia, hewan dan tumbuhan pun memerlukan air untuk menunjang kehidupannya. Hewan membutuhkan air untuk minum dan melakukan proses metabolisme dalam tubuhnya. Sementara itu, tumbuhan membutuhkan air agar dapat melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan oksigen (02), gas yang diperlukan oleh hewan dan manusia dalam bernafas. Fakta tersebut membuktikan bahwa air memang memegang peranan penting dalam kehidupan semua makhluk hidup. Tanpa air, semua makhluk hidup tidak dapat hidup.
Air tersedia banyak di alam, salah satunya di sungai. Sungai merupakan aliran air yang mengalir dari hulu ke hilir, dari pegunungan menuju lautan. Sungai menjadi salah satu habitat bagi banyak makhluk hidup. Beberapa jenis hewan dan tumbuhan mendiami suatu wilayah sungai lalu membentuk ekosistem sungai. Sungai mempunyai peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem sungai tersebut karena sungai menyediakan cukup nutrisi yang dibutuhkan oleh hewan dan tumbuhan untuk kelangsungan hidupnya. Sama seperti halnya tumbuhan dan hewan, manusia pun memanfaatkan sungai untuk memenuhi kebutuhannya akan air bersih.
Berdasarkan hal tersebut, sudah sepantasnya manusia sebagai makhluk berakal menjaga kelestarian air sungai ini demi keberlangsungan hidup semua makhluk hidup. Tetapi kenyataan berkata lain, banyak aktivitas manusia yang membuat air sungai tercemar, terutama di daerah perkotaan yang padat penduduk. Limbah rumah tangga dan limbah industri menjadi penyumbang terbesar dalam pencemaran air sungai di perkotaan ini. Kemajuan teknologi memang membuat pekerjaan manusia menjadi lebih mudah. Tetapi di negara kita Indonesia, sebagian besar kemajuan teknologi tidak diiringi dengan kesadaran terhadap lingkungan. Sehingga sering kali lingkungan menjadi korban ketidakadilan manusia, khususnya dalam hal ini adalah air. Pencemaran air merupakan salah satu bentuk penindasan manusia terhadap lingkungannya. Hal ini terjadi antara lain karena sebagian besar masyarakat Indonesia belum memahami akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan khususnya air atau sebenarnya mereka sudah memahami namun tutup mata terhadap kenyataan yang ada.
Masalah pencemaran air sungai merupakan suatu masalah yang harus segera diselesaikan dengan serius sebab pencemaran sungai ini dapat mengganggu atau bahkan merusak keseimbangan ekosistem sungai, terlebih mengancam kehidupan makhluk hidup termasuk manusia. Bisa dibayangkan apabila sungai tercemar, kebutuhan manusia akan air bersih tidak dapat terpenuhi. Selain itu, bukan tidak mungkin pencemaran air sungai akan membuat makhluk hidup yang mendiami sungai, baik tumbuhan maupun hewan mengalami kematian. Akhirnya akan menimbulkan masalah yang lebih besar lagi, karena sebagian dari makhluk hidup itu pun merupakan sumber pangan bagi manusia seperti ikan dan tanaman air.
Pemahaman menyeluruh tentang pentingnya menjaga kelestarian air adalah suatu modal agar kita dapat melestarikan air sungai. Sebenarnya banyak hal yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya pencemaran air sungai yang lebih parah lagi. Untuk contoh kecil saja seperti tidak membuang sampah rumah tangga secara sembarangan ke sungai. Asal dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, insyaallah masalah pencemaran air sungai ini dapat terselesaikan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, untuk mengetahui dan memahami segala hal yang berkaitan dengan pencemaran air sungai, penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian sungai dan pencemaran air sungai ?
2. Apa saja aspek kimia-fisika dalam pencemaran air sungai ?
3. Apa saja sumber pencemar air sungai di perkotaan ?
4. Apa saja akibat yang ditimbulkan dari pencemaran air sungai di perkotaan?
5. Bagaimana penanggulangan pencemaran air sungai di perkotaan ?
C. Tujuan Makalah
Penulis membagi tujuan yang hendak diperoleh melalui penulisan makalah ini menjadi dua bagian, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus penulisan.
Tujuan umum penulisan adalah mengetahui dan memahami konsep pencemaran air sungai juga cara penanggulangannya.
Tujuan khusus penulisan adalah :
1. Memahami pengertian sungai dan pencemaran air sungai;
2. Mengetahui aspek kimia-fisika dalam pencemaran air sungai;
3. Mengetahui sumber pencemar air sungai di perkotaan;
4. Mengetahui akibat-akibat yang ditimbulkan dari pencemaran air sungai di perkotaan;
5. Mengetahui cara penanggulanngan pencemaran air sungai di perkotaan.
D. Kegunaan Makalah
Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat baik secara teorotis maupun secara praktis. Secara teoritis makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah wawasan penulis dan pembaca khususnya dalam bidang yang dibahas dalam makalah ini. Secara praktis penulis berharap agar makalah ini dapat dijadikan sebagai sumber rujukan atau media informasi untuk mengetahui, memahami, dan mengaplikasikan pengetahuan tentang pencemaran air sungai dan turut membantu dalam upaya pelestarian air sungai.
E. Prosedur Makalah
Penulis memperoleh dan mengumpulkan data dalam makalah ini dengan menggunakan teknik studi pustaka dan membaca berbagai buku sumber serta literatur yang relevan dengan materi bahasan makalah. Data yang diperoleh lalu diidentifikasi dan diolah dengan teknik analisis isi melalui kegiatan mengeksposisikan data serta mengaplikasikan data tersebut sesuai konteks tema makalah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Pustaka
1. Air
Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Makhluk hidup di muka bumi ini tak dapat terlepas dari kebutuhan akan air. Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak ada kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Namun demikian, air dapat menjadi malapetaka bilamana tidak tersedia dalam kondisi yang benar, baik kualitas maupun kuantitasnya. Air yang relatif bersih sangat didambakan oleh manusia, baik untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk keperluan industri, untuk kebersihan, maupun untuk keperluan pertanian dan lain sebagainya.
Air merupakan pelarut yang baik, sehingga air di alam tidak pernah murni akan tetapi selalu mengandung berbagai zat terlarut maupun zat tidak terlarut serta mengandung mikroorganisme atau jasad renik. Apabila kandungan berbagai zat maupun mikroorganisme yang terdapat di dalam air melebihi ambang batas yang diperbolehkan, kualitas air akan terganggu, sehingga tidak bisa digunakan untuk berbagai keperluan baik untuk air minum, mandi, mencuci atau keperluan lainya. Air yang terganggu kualitasnya ini dikatakan sebagai air yang tercemar.
Tindakan manusia dalam pemenuhan kegiatan sehari-hari, secara tidak sengaja telah menambah jumlah bahan anorganik pada perairan dan mencemari air. Misalnya, pembuangan detergen ke perairan dapat berakibat buruk terhadap organisme yang ada di perairan. Pemupukan tanah persawahan atau ladang dengan pupuk buatan, kemudian masuk ke perairan akan menyebabkan pertumbuhan tumbuhan air yang tidak terkendali yang disebut eutrofikasi atau blooming.
Beberapa jenis tumbuhan seperti alga, paku air, dan eceng gondok akan tumbuh subur dan menutupi permukaan perairan sehingga cahaya matahari tidak menembus sampai dasar perairan. Akibatnya, tumbuhan yang ada di bawah permukaan tidak dapat berfotosintesis sehingga kadar oksigen yang terlarut di dalam air menjadi berkurang.
2. Sungai
Sungai merupakan jalan air alami. Lebih jauh Bambang Subiyakto (www.subiyakto.wordpress.com/2009/10/18/air-sungai-2) menyatakan “Sungai menjadi salah satu tempat air berada dan mengalir, juga menjadi unsur alam yang paling penting bagi segenap kehidupan.”
Sungai terdiri dari beberapa bagian yang bermula dari mata air yang mengalir ke anak sungai. Beberapa anak sungai akan bergabung untuk membentuk sungai utama. Penghujung sungai di mana sungai bertemu laut dikenal sebagai muara sungai. Selain mengalirkan air, sungai juga mengalirkan sedimen dan polutan.
Manfaat terbesar sebuah sungai yaitu untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan potensial untuk dijadikan objek wisata sungai.
3. Ekosistem Sungai
Ekosistem adalah kumpulan dari komunitas yang terdiri dari faktor biotik (tumbuhan, hewan, dan manusia) dan abiotik (suhu, iklim, senyawa-senyawa organik dan anorganik). Irwan (1992) memandang ekosistem “Sebagai tingkat yang lebih tinggi dari komunitas atau kesatuan dari suatu komunitas dengan lingkungannya di mana terjadi hubungan antar keduanya. ”
Lebih jauh, menurut Undang-Undang Lingkungan Hidup (UULH) tahun 1982, “Ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi.”
Lebih jelas, Wikipedia (www.wikipedia.org/wiki/Ekosistem)
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan jernih serta mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang secara konstan memberikan oksigen pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang. Ekosistem sungai dihuni oleh hewan seperti ikan kucing, gurame, kura-kura, ular, buaya, dan lumba-lumba.
4. Pencemaran Air Sungai
Pencemaran air di Indonesia saat ini semakin memprihatinkan. Pencemaran air dapat diartikan sebagai suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Perubahan ini mengakibatkan menurunnya kualitas air hingga ke tingkat yang membahayakan sehingga air tidak bisa digunakan sesuai peruntukannya. Fenomena alam seperti gunung berapi, badai, gempa bumi juga mengakibatkan perubahan terhadap kualitas air, tapi dalam pengertian ini tidak dianggap sebagai pencemaran.
Pencemaran air, baik sungai, laut, danau maupun air bawah tanah, semakin hari semakin menjadi permasalahan di Indonesia sebagaimana pencemaran udara dan pencemaran tanah. Mendapatkan air bersih yang tidak tercemar bukan hal yang mudah lagi. Bahkan pada sungai-sungai di lereng pegunungan sekalipun.
Air sungai yang tercemar sebagian besar diakibatkan oleh aktifitas manusia yang meninggalkan limbah pemukiman, limbah pertanian, dan limbah industri termasuk pertambangan.
Limbah pemukiman mempunyai pengertian segala bahan pencemar yang dihasilkan oleh daerah pemukiman atau rumah tangga. Limbah pemukiman ini bisa berupa sampah organik (kayu, daun, dan lain-lain), dan sampah nonorganik (plastik, logam, dan deterjen).
Limbah pertanian mempunyai pengertian segala bahan pencemar yang dihasilkan aktifitas pertanian seperti penggunaan pestisida dan pupuk. Sedangkan limbah industri mempunyai pengertian segala bahan pencemar yang dihasilkan aktifitas industri yang sering menghasilkan bahan berbahaya dan beracun (B3).
Asian Development Bank (2008) pernah menyebutkan
Pencemaran air di Indonesia menimbulkan kerugian Rp 45 triliun per tahun. Biaya yang akibat pencemaran air ini mencakup biaya kesehatan, biaya penyediaan air bersih, hilangnya waktu produktif, citra buruk pariwisata, dan tingginya angka kematian bayi.
Dampak lainnya yang tidak kalah merugikan dari pencemaran air adalah terganggunya lingkungan hidup, ekosistem, dan keanekaragaman hayati. Air yang tercemar dapat mematikan berbagai organisme yang hidup di air.
Perbedaan batas toleransi antara dua jenis populasi terhadap faktor-faktor lingkungan mempengaruhi kemampuan berkompetisi, jika sebagai akibat suatu pencemaran limbah industri terhadap suatu lingkungan adalah berupa penurunan atau berkurangnya kadar oksigen terlarut dalam air, maka spesies yang mempunyai toleransi terhadap kondisi itu akan meningkat populasinya karena spesies kommpetisinya berkurang (Soeparmo, 1985).
Menurut Hawkes (1979), banyaknya bahan pencemar dalam perairan akan mengurangi spesies yang ada dan pada umumnya akan meningkatkan populasi jenis yang tahan terhadap kondisi perairan tersebut.
“Setiap spesies mempunyai batas anntara toleransi terhadap suatu faktor yang ada di lingkungan teori toleransi Shelford.” (ODUM, 1971)
B. Pembahasan
1. Pengertian Sungai dan Pencemaran Air Sungai
Sungai merupakan jalan air alami. Air sungai ini mengalir menuju samudra, danau, laut, atau ke sungai yang lain. Sungai terdiri dari beberapa bagian, bermula dari mata mata air yang mengalir ke anak sungai. Beberapa anak sungai akan bergabung untuk membentuk sungai utama. Aliran air biasanya berbatasan dengan dasar dan tebing di sebelah kiri dan kanan. Ujung aliran sungai tempat bertemunya sungai dengan laut dikenal sebagai muara sungai.
Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan, embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan di beberapa wilayah tertentu air sungai juga berasal dari lelesan es atau salju. Selain itu, sungai juga mengalirkan sedimen dan polutan.
Manfaat terbesar sebuah sungai adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya berpotesi juga untuk dijadikan objek wisata sungai. Di Indonesia saat ini terdapat 5950 daerah aliran sungai (DAS).
Ditinjau dari konsep ekohidrologi pada kesepakatan dunia pada KTT Bumi (Earth Summit) di Johannesburg pada September 2002 sodetan sungai (river diversion) digolongkan sebagai pembangunan berkelanjutan, artinya pembangunan yang dilaksanakan oleh manusia diimbangi dengan perhatian terhadap lingkungan termasuk salah satunya keberadaan air sungai ini. Atau dapat juga pembangunan yang dilaksanakan manusia dilakukan dengan pemanfaatan alam secara bijaksana seoptimal mungkin. Banyak sungai kini semakin dikembangkan sabagai wahan koservasi habitat, karena sungai termasuk penting untuk berbagai tanaman air, ikan-ikan yang bermigrasi, menetap, dan budidaya tambak, burung-burung, serta beberapa jenis mamalia.
Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda, yaitu meningkatnya kandungan nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi, sampah organik seperti air comberan (sewage) menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah terhadap seluruh ekosistem, industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti logam berat, toksin organik, minyak, nutrien dan padatan (air limbah tersebut memiliki efek termal, terutama yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik yang dapat juga mengurangi oksigen dalam air), limbah pabrik yg mengalir ke sungai seperti di sungai citarum, dan pencemaran air oleh sampah.
Akibat dari pencemaran air yaitu, menyebabkan banjir, erosi, kekurangan sumber air, dapat membuat sumber penyakit, tanah longsor, dan dapat merusak ekosistem sungai.
2. Aspek Kimia-Fisika dalam Pencemaran Air Sungai
Untuk mengetahui kondisi suatu air sungai apakah tercemar atau tidak, perlu diketahui terlebih dahulu aspek-aspek yang menjadi penentu keadaan air sungai ini. Berikut adalah aspek-aspek kimia-fisika dalam pencemaran air sungai :
a. Karbondioksida dalam Air
Karbon merupakan salah satu unsur yang mengalami daur dalam ekosistem. Di mulai dari atmosfir, dalam rantai makanan karbon berindah melalui produsen, konsumen, dan pengurai kemudian kembali ke atmosir. Di atmosfir karbon terikat dalam CO2 (karbondioksida). Setelah melalui fotosintesis, senyawa CO2 terikat dalam glukosa atau senyawa lainnya. Kemudian senyawa ini dikonsumsi oleh konsumen tingat satu dan tersimpan dalam tubuhnya. Kemudian konsumen tingkat satu dimangsa oleh konsumen tingkat dua dan akhirnya diurai oleh pengurai hingga kembali ke atmosfir.
Perjalanan serupa terjadi pada karbon dalam ekosistem sungai. Di sungai daur ini dipersulit oleh pertukaran karbon di air dengan di udara. Karbondioksida dari udara selalu bertukar dengan yang di air jika air dan udara bersentuhan. Pada air tenang pertukaran yang terjadi sedikit, sebaliknya jika air bergelombang maka pertukaran akan lebih cepat. Kepekatan karbondioksida mempengaruhi kepekatan oksigen terlarut dalam air sungai. Jika udara (yang mengandung 0,03% karbondioksida) bersentuhan dengan permukaan air pada tekanan standar, maka kelarutan karbondioksida adalah seperti dalam tabel di bawah ini :
Suhu (0C) Kelarutan (bpj)
0 1,00
5 0,83
10 0,70
15 0,59
20 0,51
25 0,43
30 0,38
Karbondioksida dapat juga terbentuk sebagai hasil metabolisme makhluk hidup yang ada di sungai. Respirasi hewan akan mempengaruhi konsentrasi CO2 dalam sungai. Selain itu, proses fotosintesis yang dilakukan tanaman air memerlukan C02 dan menghasilkan O2 juga mempengaruhi kadar O2 dalam sungai.
b. Oksigen Terlarut
Oksigen adalah gas tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, dan hanya sedkit yang larut dalam air. Untuk mempertahankan hidupnya, hewan dan tumbuhan yang hidup di air bergantung pada oksigen terlarut ini. Penentuan kadar oksigen terlarut dapat dijadikan ukuran untuk menentukan kualitas air. Kepekatan oksigen terlarut bergantung kepada :
1) Suhu.
2) Kehadiran tanaman berklorofil.
3) Tingkat penetrasi cahaya yang tergantung pada kedalaman dan kekeruhan air.
4) Tingkat kederasan aliran air.
5) Jumlah bahan organik yang diuraikan dalam air, seperti sampah, ganggang mati, dan limbah industri.
Berikut tabel yang menunjukkan kelarutan oksigen dalam air dengan suhu yang berbeda-beda :
Suhu (0C) Kelarutan (bpj)
0 14,6
5 12,7
10 11,3
15 10,1
20 9,1
25 8,3
30 7,5
Oksigen merupakan faktor pembatas dalam penentuan kehadiran makhluk hidup dalam air. Oksigen dalam sungai berasal dari udara dan hasil fotosintesis organisme tumbuhan yang hidup di sungai itu. Jika respirasi hewan dalam sungai lebih cepat dari pergantian oksigen yang larut, maka akan terjadi defisit oksigen. Pergantian oksigen dari udara berjalan lambat dan tergantung juga pada kejernihan air.
Dalam sungai yang deras dan jernih kepekatan oksigen mencapai kejenuhan. Tetapi jika air berjalan lambat atau ada pencemar maka oksigen yang larut berada di bawah kejenuhan.
c. Kebasaan, Keasaman, dan Kesadahan Air
Kandungan karbondioksida dan oksigen di alam saling berhubungan. Jika salah satu berubah, maka yang lainnya akan turut berubah. Berbagai faktor juga mempengaruhi, yaitu pH, kebasaan, keasaman, dan kesadahan air.
Air normal mempunyai pH antara 6,7 sampai 8,6 dan ini mendukung populasi ikan dalam sungai. Dalam jangkauan pH itu pertumbuhan dan pembiakan air tidak terganggu. Bahkan ada ikan yang mampu bertahan hidup di air ber-pH 5 sampai 9. Air yang masih segar dari pegunungan mempunyai pH yang tinggi dan semakin lama pH akan menurun menuju suasana asam. Hal ini disebabkan pertambahan bahan-bahan organik yang kemudian membebaskan CO2 jika mengurai. Pada umumnya jika pH air kurang dari 7 atau lebih dari 8,5 kita harus berhati-hati karena kemungkinan ada pencemaran dari bahan pabrik kimia, rabuk, kertas, mentega, dan lain-lain.
Kebasaan air ialah suatu kapasitas air untuk menetralkan asam. Hal ini diseababkan ada basa atau garam basa yang terdapat dalam air.
Keasaman ialah kemampuan air untuk menetralkan basa. Biasanya karena dalam air terdapat asam, seperti asam karbonat, asam asetat, dan asam organik lainnya.
Kesadahan air sungai disebabkan ion-ion magnesium dan kalsium. Ion-ion ini terdapat dalam air dalam bentuk sulfat, klorida, dan hidrogen karbonat. Kesadahan air biasanya disebabkan garam karbonat atau garam asamnya.
Kesadahan tidak menguntungkan. Air yang bermutu tinggi mempunyai kesadahan yang rendah. Kesadahan air yang tinggi di antaranya karena limbah industri.
d. Kandungan Nitrogen
Karbon, hidrogen, dan oksigen penting untuk kehidupan. Unsur-unsur ini berperan dalam proses fotosintesis dan respirasi. Unsur lain seperti fosfor, nitrogen dan belerang membentuk protein yang penting untuk pertumbuhan tubuh.
Nitrogen sebagai salah satu nutrien terdapat dalam protein. Protein merupakan komposisi utama plankton, daras semua jaringan makanan yang bertalian di air.
Ada tiga gudang nitrogen di alam. Pertama adalah udara, kedua ialah senyawa anorganik (nitrat, nitrit, dan amoniak), dan ketiga adalah senyawa organik (protein, uren, dan asam urik). Nitrogen terbanyak terdapat di udara, yaitu 78% udara adalah nitrogen. Tanaman dapat menghisap nitrogen dalam bentuk nitrat (NO3). Perubahan nitrogen bebas di udara menjadi nitrat dilakukan secara oleh bakteri yang terdapat di akar tumbuhan, tepatnya dalam bintil akar tumbuhan. Transformasi ini disebut fiksasi (pengikatan) oksigen.
Nitrogen dalam kotoran dan urine akan berakhir menjadi amoniak. Zat inilah yang menimbulkan bau tidak enak. Kemungkinan dalam air tertentu mengandung ketiga macam nitrogen, yaitu nitrogen bebas, senyawa nitrogen anorganik, dan senyawa nitrogen organik. Dalam jumlah yang besar, nitrogen anorganik (nitrit, nitrat, dan amoniak) dapat membahayakan dan menjadi sumber pencemaran di sungai.
e. Fosfor
Seperti halnya nitrogen, unsur lain yang terdapat di alam adalah fosfor. Protin dan zat-zat organik lainnya mengandung fosfor. Contohnya adenosine trifosfat terdapat dalam sel makhluk hidup dan berperan penting dalam penyediaan energi. Daur fosfat dalam ekosistem sungai dapat dipelajari melalui skema di bawah ini :
Daur fosfor mirip dengan daur nitrogen. Dalam ekosistem air fosfor ada dalam tiga bentuk, yaitu senyawa fosfor anorganik (ortofosfat), senyawa fosfor organik dalam protoplasma, dan senyawa organik terlarut yang terbentuk karena kotoran atau tubuh organisme yang mengurai.
Air sungai biasanya mengandung fosfor organik terlarut. Demikian pula dengan kotoran sisa metabolisme hidup. Akhirnya bakteri menguraikan senyawa organik itu menjadi fosfor. Fosfor merupakan pendorong kegiatan pengikatan nitrogen bagi ganggang biru. Jadi, jika air tidak mengandug nitrogen, asal ada fosfor dan ganggang biru, maka senyawa nitrogen akan terbentuk.
Sama dengan nitrogen, fosfor memasuki sungai melalui berbagai jalan. Kotoran, limbah, sisa pertanian, kotoran hewan, dan sisa organisme yang mati adalah jalan bagi fosfor untuk memasuki sungai.
f. Padatan Tersuspensi dan Padatan Terlarut Total
Keadaan air dalam sungai tidak tetap. Setelah hujan warnanya menjadi kecoklatan karena banyak partikel tersuspensi yang terbawa masuk. Pada musim kemarau menjadi kehijauan karena banyak ganggang yang tumbuh. Perubahan air sungai ini disebabkan bahan-bahan tersuspensi dan terlarut. Pada kondisi normal konsentrasi bahan-bahan ini rendah sehingga tidak tampak.
Padatan tersuspensi dan padatan terlarut total dalam sungai penting diketahui karena sebagai penentu produktivitas, yaitu kemampuan sungai yang bersangkutan untuk mendukung kehidupan. Jika bahan terlarut itu nutrisi untuk tanaman air, maka air itu akan mempunyai produktivitas untuk tanaman. Akibatnya sungai itu juga akan memiliki produktivitas terhadap kehidupan hewan. Selain itu, untuk menetapkan keadaan normal air yang dimaksud. Jika suatu saat terjadi penyimpangan dari keadaan normal ini, maka dapat diketahui bahwa telah terjadi pencemaran seperti pembuangan sampah kota atau limbah industri di sekitar sungai yang bersangkutan.
Padatan yang tersuspensi dalam air umumnya terdiri dari fitoplankton, zooplankton, kotoran manusia, kotoran hewan, lumpur, sisa tumbuhan dan hewan, serta limbah industri. Padatan terlarut dan tersuspensi mempengaruhi ketransparanan dan warna air. Sifat transparan ada hubungannya dengan tingkat produktivitas. Transparan yang rendah menunjukkan produktivitas tinggi. Cahaya tidak dapat menembus air sungai jika bahan tersuspensi tinggi. Warna air sungai juga berhubungan dengan kualitas air.
Untuk mengukur padatan tersuspensi dalam sungai, para ilmuwan sering mengukur kekeruhan (turiditas) air sungai yang dapat memperkirakan padatan tersuspensi total dalam suatu contoh air. Kekeruhan diukur dengan alat turbidiuster yang mengukur kemampuan cahaya untuk melewati atau menembus air sungai. Partikel yang tersuspensi itu akan menghamburkan cahaya yang datang sehingga menurunkan intensitas cahaya yang ditransmitasikan.
g. Faktor Fisik
Faktor fisik yang ikut menentukan kualitas air adalah suhu. Suhu mempunyai pengaruh besar terhadap kelarutan oksigen dalam air sungai. Kenaikan suhu menyebabkan kandungan oksigen dalam air sungai menurun karena menguap. Di samping itu, kenaikan suhu air menyebabkan suhu badan hewan berdarah dingin dalam sungai ikut naik. Hal ini akan menyebabkan laju metabolisme hewan tersebut naik dan selanjutnya menaikkan kebutuhan akan oksigen. Tetapi, karena kandungan oksigen dalam air menurun akibat kenaikan suhu, kebutuhan oksigen hewan tersebut dapat melampaui oksigen yang tersedia dalam air sungai. Akibatnya hewan tersebut dapat mengalami kematian.
h. Aspek Biokimia Polusi Air
Organisme pengurai aerobik umumnya terdiri dari mikroorganisme seperti bakteri yang selalu aktif dalam air menguraikan senyawa-senyawa organik menjadi karbondioksida dan air. Bakteri lain mengubah amoniak dan nitrit menjadi nitrat. Proses-proses itu memerlukan oksigen, semuanya merupakan komponen daur biogeokimia dan esensial untuk fungsi ekosistem air.
Jika jumlah bahan organik dalam air sedikit, bakteri aerobik mudah memecahkannya tanpa mengganggu keseimbangan oksigen dalam air. Oksigen yang diperlukan akan segera dipakai dengan cara-cara alamiah secepat bakteri menggunakannya. Tetapi jika jumlah bahan organik itu banyak, maka bakteri pengurai ini akan berlipat ganda karena banyak makanan. Ini menyebabkan kekurangan oksigen. Karena jumlah oksigen tidak sesuai dengan kebutuhan. Biasanya ini terjadi di dasar sungai yang airnya mengalir kecil bahkan cenderung diam. Konsentrasi bahan organik di sini tinggi karena banyak tanaman yang mati. Kebutuhan oksigen bakteri untuk menguraikan bahan organik tersebut sering menurunkan kadar oksigen terlarut sampai nol. Jika ini terjadi, tugas bakteri aerobik akan digantikan oleh bakteri anaerobik dan terjadilah pembusukan. Bakteri anaerobik menghasilkan gas metana dan hidrogen sulfida yang baunya busuk.
3. Sumber Pencemar Air Sungai Di Perkotaan
Pencemar adalah sesuatu yang berpengaruh bruruk terhadap lingkungan. Pencemaran air sungai di perkotaan bukanlah suatu masalah yang muncul begitu saja. Setiap masalah pasti ada penyebabnya, begitupun yang terjadi dengan fenomena pencemaran air sungai di perkotaan ini. Perkotaan identik dengan jumlah penduduk yang padat. Untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang banyak ini dibutuhkan sumber daya alam yang tidak sedikit. Pemenuhan itu dapat tercapai salah satunya dengan memanfaatkan segala potensi yang tersedia di alam. Berbagai aktivitas dijalani penduduk kota untuk memenuhi kebutuhannya. Selain itu, kehidupan kota identik juga dengan kemoderenan yang syarat akan teknologi. Di balik kemoderenan kehidupan penduduk kota, ternyata banyak aktivitas manusia yang sering kali mengabaikan keadaan dan kelestarian lingkungan di sekitarnya. Banyak aktivitas manusia yang tidak bertanggung jawab merusak keseimbangan alam. Salah satunya adalah tercemarnya sungai-sungai di perkotaan yang menjadi sumber penghidupan penduduk di perkotaan. Ini yang menyebabkan keseimbangan alam di perkotaan terganggu.
Tercemarnya sungai-sungai di beberapa kota besar telah mencapai tahap yang serius. Pencemaran air sungai di perkotaan ini sebagian besar disebabkan oleh perbuatan dan aktivitas manusia yang tidak bertanggung jawab. Pembuangan limbah rumah tangga dan limbah industri ke sungai-sungai di perkotaan adalah sebagian dari penyebabnya. Pada dasarnya sumber pencemar dapat dibedakan menjadi sumber domestik, yaitu berupa limbah dari rumah tangga dan sumber nondomestik, yaitu limbah dari pabrik, industri, pertanian, peternakan, dan lain-lain.
Berikut penjelasan mengenai sumber-sumber pencemar air sungai di perkotaan tersebut :
a. Limbah Domestik
Limbah pencemar domestik sebagian besar berasal dari limbah rumah tangga. Limbah domestik adalah semua buangan yang berasal dari kamar mandi, kakus, dapur, tempat cuci pakaian, cuci peralatan rumah tangga, dan lain-lain yang secara kuantitatif limbah tadi terdiri atas zat organik baik berupa padat maupun cair, bahan berbahaya, beracun, garam terlarut, bakteri terutama golongan fekal coli, jasad patogen, dan parasit.
b. Limbah Nondomestik
Limbah nondomestik adalah semua buangan yang berasal dari pabrik, industri, pertanian, peternakan, transportasi, dan lain-lain. Limbah nondomestik sangat bervariasi, terlebih lagi untuk limbah industri. Limbah pertanian biasanya terdiri atas bahan padat bekas tumbuhan yang bersifat organis, bahan pemberantas hama dan penyakit (pestisida), bahan pupuk yang mengandung nitrogen, fosfor, belerang, mineral, dan lain-lain.
Limbah industri dapat berupa limbah panas yang merusak ekosistem air sungai. Banyak juga industri membuang limbah yang mengandung logam berat dan sangat berbahaya ke sungai-sungai. Limbah peternakan pada umumnya berupa hasil samping sistem pengelolaan di peternakan tersebut. Limbah peternakan sebagian besar terdiri dari kotoran hewan yang mengandung zat organik.
4. Akibat yang Ditimbulkan Dari Pencemaran Air Sungai Di Perkotaan
Pembuangan bahan kimia, limbah, maupun pencemar lain seperti limbah rumah tangga ke dalam sungai diperkotaan akan mempengaruhi kehidupan makhluk hidup dalam air sungai itu. Suatu pencemar yang banyak dalam ekosistem sungai akan meracuni semua organisme yang hidup di sungai tersebut. Pada umumnya, pencemar di perkotaan terbilang banyak dan ini cukup untuk membunuh sejumlah spesies tertentu, tetapi tidak membahayakan spesies lainnya. Sebaliknya, ada kemungkinan bahwa suatu pencemar justru dapat mendukung perkembangan spesies tertentu. Jadi bila air tercemar, kemungkinan terjadi pergeseran-pergeseran dari jumlah spesies yang banyak dengan ukuran yang sedang populasinya kepada jumlah spesies yang sedikit tetapi berpopulasi tinggi.
Penurunan keanekaragaman spesies flora dan fauna yang hidup dalam air sungai juga dianggap sebagai akibat dari pencemaran air sungai perkotaan. Akibat lainnya ialah dapat menyebabkan kerusakan ekosistem sungai. Air limbah yang dikeluarkan industri dapat memiliki efek termal, terutama yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik yang dapat juga mengurangi kadar oksigen dalam air. Bagi manusia dampak buruk pun dirasakan baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti sungai tercemar dapat menjadi sumber penyakit, dapat menyebabkan kekurangan sumber air bersih, dan dapat menyebabkan banjir.
Secara khusus banyak kerugian yang ditimbulkan dari tercemarnya air sungai. Dampak buruk ini dapat diketahui berdasarkan aspek-aspek dalam pencemaran air sungai yang telah dijelaskan sebelumnya.
Tercemarnya air sungai oleh limbah dapat menyebabkan aliran sungai menjadi pelan. Dalam sungai yang mengalir pelan pertukaran karbondioksida di air dan di udara terjadi lebih lambat. Selain itu, limbah menmbuat intensitas cahaya matahari yang masuk ke sungai menjadi lebih kecil karena terhalang oleh limbah. Dalam jangka panjang, tumbuhan hijau yang hidup di sungai tidak dapat melakukan fotosintesis dan menyebabkan tumbuhan ini mati. Selain tumbuhan, hewan pun mengalami kematian karena sebagian kebutuhannya akan oksigen dipenuhi oleh hasil fotosintesis dari tumbuhan hijau ini.
Ketersediaan karbondioksida di air mempengaruhi jumlah oksigen terlarut dalam air. Limbah menyebabkan tumbuhan air tidak dapat melakukan fotosintesis karena tidak adanya pasokan karbondioksida, maka secara otomatis ini akan berpengaruh terhadap ketersediaan oksigen dalam sungai tersebut. Jika tumbuhan tidak melakukan fotosintesis maka oksigen pun tidak akan tersedia di sungai ini. Padahal oksigen dibutuhkan oleh hewan air untuk respirasi. Sumber oksigen lainnya adalah berasal dari pertukaran air dengan udara. Namun, biasanya limbah menghambat proses pertukaran ini karena kekeruhan terhadap sungai yang ditimbulkannya. Akibat jangka panjangnya ialah kematian beberapa spesies hewan yang tidak tahan dalam kondisi air sunga dengan oksigen terlarut yang rendah ini. Jika tingkat oksigen terlarut selalu rendah, maka organisme aerob bisa mati dan organisme anaerob akan menguraikan bahan organik yang terkandung dalam limbah. Proses penguraian bahan organik oleh organisme anaerob ini menghasilkan bahan seperti metana dan hidrogen sulfida yang menyebabkan air berbau busuk.
Air normal mempunyai pH 7 yang mendukung populasi ikan dalam sungai. Limbah yang mengandung bahan organik dan biasanya berasal dari limbah rumah tangga dapat menyebabkan suasana asam pada air sungai. Derajat pH air sungai ini dapat menurun menuju suasana lebih asam. Selain itu, pabrik kertas dan bahan kimia yang menyebabkan pencemaran air sungai dapat menyebabkan perubahan pH air dari titik normalnya menjadi kurang dari 6,7 atau lebih dari 8,5. Jika kondisi air seperti ini, air bahaya untuk dikonsumsi oleh manusia.
Limbah berat yang umumnya berasal dari industri atau pabrik mengandung asam sulfida yang merupakan asam kuat. Keberadaan asam kuat ini dalam sungai dapat menurunkan keadaan sungai menjadi lebih asam. Kondisi ini tentu saja sulit untuk ditinggali oleh beberapa jenis makhluk hidup seperti ikan.
Akibat lain yang ditimbulkan karena tercemarnya sungai ialah meningkatnya kesadahan air sungai menjadi lebih tinggi. Meningkatnya kesadahan air sungai disebabkan oleh ion-ion magnesium, kalium, dan kalsium yang terkandung dalam limbah industri dan limbah organik dalam kotoran manusia dan hewan. Kesadahan yang tinggi menurunkan kualitas air. Air menjadi bahaya untuk konsumsi manusia.
Akibat pencemaran air oleh limbah lainnya ialah dapat meningkatkan nitrogen dalam air. Nitrogen berasal dari limbah pertanian, yakni pupuk buatan. Nitrogen bisa juga berasal dari kotoran dan air seni. Nitrogen merupakan salah satu nutrien yang terdapat dalam protein. Satu dari tiga gudang nitrogen ada pada senyawa anorganik dalam bentuk nitrat, nitrit, dan amoniak. Nitrogen dari limbah yang dibuang ke sungai diuraiakan oleh bakteri pengurai yang terdapat di sungai menjadi amoniak dan selanjutnya akan menghasilkan bau busuk yang menyengat. Amoniak merupakan hasil tambahan penguraian protein tanaman atau hewan, dapat juga kotorannya. Keberadaan nitrit yang banyak di sungai menunjukkan keberadaan industri yang membuang limbahnya ke sungai tersebut. Karena nitrit digunakan dalam air ketel untuk mecegah korosi, maka buangan air ketel dapat menimbulkan populasi nitrit.
Jika manusia membuang kotoran ke dalam air, proses pembentukkan nitrat oleh bakteri yang menggunakan amoniak akan meningkat, karena kotoran banyak mengandung amoniak. Pembuangan limbah kotoran rumah tangga ke sungai membuat kosentrasi amoniak bertambah tinggi dan mengakibatkan bau yyang ditimbulkannya semakin tidak enak.
Keberadaan nitrat dalam jumlah yang banyak menyebabkan air sungai lekas tua, menurunkan oksigen terlarut, penurunan populasi ikan dan beberapa jenis fauna lainnya, bau busuk, rasa tidak enak, sunagi menjadi tempat yang buruk untuk rereasi, dan tentu saja tidak sehat untuk konsumsi manusia. Nitrat akan berubah menjadi nitrit dalam perut. Keracunannya menimbulkan muka biru dan kematian.
Seperti halnya nitrogen, unsur lain yang terkandung dalam limbah kotoran, limbah pertanian, kotoran hewan dan sisa tumbuhan adalah fosfor. Fosfor juga merupakan faktor pembatas kehidupan. Kelebihan jumlah fosfor dalam air sungai mempercepat kegiatan pengikatan nitrogen bagi ganggang biru. Jadi, jika air tidak mengandung senyawa nitrogen, asal ada fosfor dan ganggang biru, maka senyawa nitrogen akan terbentuk, dan eutrofikasi pada suatu saat akan menyusul pula. Dengan kata lain, keberadaan jumlah fosfor yang banyak mendorong proses yang tidak menguntungkan lainnya di sungai bagi organisme hidup.
Limbah yang dibuang ke sungai tanpa pengolahan terlebih dahulu mengakibatkan padatan yang tersuspensi dalam air sungai bertambah benyak, air sungai menjadi keruh karena mengandung banyak partikel terlarut, dan kehidupan organisme bisa tertanggu bahkan dapat terhenti akibat sulitnya akses fauna dan flora yang berkembang di sungai ini dengan udara luar. Cahaya tidak dapat tembus banyak jika konsentrasi bahan terlarut dalam sungai tinggi. Padatan terlarut dan tersuspensi mempengaruhi warna dan tingkat ketransparanan air. Sifat transparan suatu air sungai ada hubungannya dengan produktivitas sungai tersebut. Tranparan yang rendah menujukkan produktivitas tunggi. Limbah juga mempengaruhi warna air yang pada gilirannya warna air akan sesuai dengan limbah yang dibuang ke sungai tersbut. Sebagai contoh, limbah pabrik tekstil berwarna merah akan mengakibatkat air sungai menjadi berwarna merah, beda dari warna aslinya.
Kadang industri seperti industri bahan kimia dan industri mesin membuang limbah pananya ke sungai tanpa melalui serangkaian pemrosesan khusus terlebih dahulu. Limbah panas ini mengakibatkan suhu sungai naik. Suhu sungai naik mengakibatkan karbondioksida dalam air menguap, akibatnya tumbuhan hijau dala sungai tidaka dapat melakukan proses fotointesi. Di samping itu, oksigen terlarut yang dibutuhkan untuk respirasi hewan air pun ikut menguap. Sementara kenaikan suhu sungai menyebabkan suhu hewan berdarah dingin turut naik dan meningkatkan laju metabolismenya, otomatis karena metabolisme memerlukan oksigen, kebutuhan akan oksigen pun ikut naik, tetapi seperti yang dikatakan di atas bahwa suhu tinggi dapat mengakibatkan oksigen menguap sehingga kandungan oksigen dalam air menurun, jika kebutuhan oksigen ini tidak terpenuhi maka hewan itu akan mati.
Limbah organik membawa bahan organik yang banyak bagi sungai. Keberadaan bahan organik yang banyak dalam sungai menyebabkan perkembangbiakan bakteri pengurai bahan organik tersebut tumbuh dengan cepat. Bahkan jumlahnya dapat berlipat ganda. Hal ini akan menurunkan kadar oksigen terlarut dalam air karena proses penguraian bahan organik itu sendiri membutuhkan oksigen. Ini berarti jika jumlah bahan organik di sungai banyak, maka proses penguraian bahan organik akan membutuhkan oksigen yang banyak pula. Kejadian ini biasanya menyebabkan kekurangan oksigen. Lalu penguraian yang pada awalnya dilakukan leh bakteri aerobik, digantikan tugasnya oleh bakteri anaerobik. Penguraian oleh bakteri anaerobik menghasilkan gas metana yang menyebakan bau tak sedap.
Limbah yang mencemari sungai dapat juga mengakibatkan kerugian secara ekonomis. Sungai yang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk sarana rekreasi kota tidak dapat terwujud. Peluang mendapat pemasukan bagi daerah dari sektor pariwisata sungai pun tidak mungkin dilakukan jika air sungainya tercemar. Di samping itu, fungsi utama dari sungai itu sendiri dapat terganggu. Sungai yang tadinya berfungsi menampung air hujan dan menjadi aliran air untuk keperluan konsumsi manusia kini telah beralih fungsi menjadi tempat sampah yang besar.
Dari segi estetis, limbah yang terdapat banyak di sungai perkotaan membuat pemandangan yang tidak mengenakkan. Selain bau, limbah sungai membuat kota terkesan kumuh dan kotor.
Lebih jauh lagi, limbah di sungai perkotaan ini mengakibatkan ekosistem sungai setempat rusak. Pertumbuhan dan perkembangbiakan organisme yang menghuni sungai terganggau dan bahkan dapat mengakibatkan kepunahan spesies lokal jika dibiarkan terus-menerus. Kelangkaan air bersih pun tidak dapat dihindari jika sungai yang menampung air alami ini tercemari limbah dalam waktu yang lama. Lambat laun masalah yang ada saat ini akibat tercemarnya air sungai di perkotaan akan membukit dan menjadi masalah yang lebih serius lagi.
5. Penanggulangan Pencemaran Air Sungai Di Perkotaan
Masalah pencemaran air sungai di perkotaan tidak bisa dibiarkan terus berlarut-larut, ini dapat mengancam kehidupan semua makhluk hidup yang bergantung pada keberadaan sungai tersebut. Pencemran sungai ini tidak hanya mengancam fauna dan flora lokal yang mendiami sungai tetapi juga manusia yang memanfaatkan sungai sebagai penyedia air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Perlu penanganan secara serius dari setiap pihak yang berkepentingan demi menjaga kelestarian dan keberlangsungan hidup semua makhluk hidup.
Sebenarnya banyak upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran sungai perkotaan oleh limbah ini jika dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Upaya tersebut dapat dilakukan oleh setiap insan manusia yang peduli terhadap lingungan sekitarnya. Tindakan seperti tidak membuang sampah ke sungai adalah tindakan sederhana yang berdampak positif sangat besar, terutama untk jangka panjang.
Berikut ini upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran sungai di perkotaan :
a. Tidak membuang sampah atau limbah rumah tangga ke sungai
b. Mengolah sampah organik menjadi pupuk kompos
c. Mengolah sampah nonorganik menjadi kerajinan tangan daur ulang. Di samping ramah lingkungan, ini dapat menguntungkan secara ekonomi karena dapat menambah penghasilan rumah tangga
d. Membuat lubang resapan biopori (LRB) di halaman rumah yang berfungsi untuk menampung air hujan agar tidak semua hanyut ke sungai tetapi terendam ke dalam tanah dan tanah akan memprosesnya secara alami agar kandungan beberapa zat terlarut dapat dikurangi
e. Membuat instalasi sanitasi pengolah kotoran rumah tangga. Ini dimaksudkan agar sebelum dibuang, kotoran tersebut telah mengalami proses terlebih dahulu
f. Tidak membuang limbah kotoran hewan ke sungai. Lebih baik memanfaatkan dan mengolah limbah pertanian seperti kotoran hewan ini untuk dijadikan pupuk kandang yang lebih bernilai guna
g. Hemat dalam penggunaan air bersih agar persediaan air bersih tetap terjamin untuk jangka waktu yang lama
h. Pengurangan atau penghapusan kandungan fosfor pada deterjen rumah tangga dan mewajibkan pengelolaan limbah industri memberikan air kapur atau alumunium sulfat agar fosfornya mengendap dan dapat dibuang
i. Membubuhkan sejumlah klor pada sungai yang tercemar. Klor akan membunuh bakteri yang menyebabkan turunnya kadar oksigen terlarut dalam air sungai
j. Menempatkan sejumlah saringan untuk menyaring limbah yang tampak atau besar. Limbah jenis ini biasanya berasal dari limbah rumah tangga
k. Mengetahui sumber limbah yang menjadi pencemar sungai-sungai di perkotaan
l. Menetapkan peraturan yang melarang pembuangan limbah, baik itu limbah rumah tangga, limbah pertanian, ataupun limbah industri ke sungai. Dan memberikan sangsi tegas pada pihak yang melanggarnya. Peraturan ini dapat dibuat atas kebijakan pemerintah setempat dan pemerintah pusat.
m. Pemanfaatan sungai sebagai sarana rekreasi. Masyarakat dan pemerintah bersama mengelola dan memberdayakan sungai menjadi objek wisata. Ini akan meningkatkan kepedulian sungai dari berbagai pihak karena sama-sama merasakan keuntungannya
n. Memanfaatkan bakteri tertentu. Sejumlah bakteri tertentu dapat menguraikan atau memecah logam dari unsur mineral yang tak terlarut dengan memanfaatkan proses metabolisme mikroorganismenya atau dengan memanfaatkan produk dari metabolisme tersebut. Pada cara pertama bakteri pengurai tersebut akan memecah sulfida mineral secara langsung melalui proses enzimatik. Logam berat yang sebelumnya mengendap dalam lumpur akan ikut melarut akibat adanya proses oksida dari sulfida mineral. Sedangkan pada proses kedua yang terjadi adalah mekanaisme tak langsung. Prinsip pengikatan mikroorganisme dan penguraian oleh bakteri tersebut disebut thiobacilus ferrooxidans.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan uraian dalam pembahasan, dapat ditarik kesimpulan bahwa pencemaran air sungai di perkotaan adalah perubahan lingkunga sungai yang ada di perkotaan yang mengarah pada keadaan tidak menguntungkan. Sebagian besar pencemaran ini diakibatkan karena tindakan manusia, seperti perubahan pola penggunaan energi dan materi, tingkatan radiasi yang semakin tinggi, bahan-bahan fisika dan kimia yang terbawa limbah, dan jumlah organisme tidak menguntungkan yang meningkat di sungai perkotaan. Perubahan ini dapat mempengaruhi kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung melalui air, hasil pertanian, peternakan, benda-benda, perilaku dalam apresiasi, dan rekreasi di alam bebas.
Populasi manusia yang semakin banyak adalah penyebab utama pencemaraan air. Populasi bukanlah hanya masalah bagi ilmuan, tetapi menyangkut masalah kesehatan dan kehidupan manusia. Karena menyangkut organisme hidup, maka populasi merupakan masalah konservasi sumber alam. Makhluk hidup seperti manusia selalu mencemari lingkungan karena tingkah lakunya, seperti membuang kotoran hasil pencemaran dan metabolismenya. Sebagai makhluk sosial, manusia memindahkan benda dari lingkungan dan menambah sisa-sisa makanan, pakaian, perumahan, atau keperluan keluarga. Di perkotaan hal ini semakin rumit karena populasi manusia yang sangat banyak, menyebabkan tingkat pencemaran air pun lebih tinggi.
Kepadatan penduduk dan peningkatan kebudayaan mensyaratkan kenaikan standar hidup. Hal ini terjadi dengan mengorbankan sumber-sumber alam dan membuang sisa-sisa itu tidak tercernakan secara alamiah. Manusia telah menguasai dan menganiaya lingkungannya baik karena jumlahnhya yang banyak maupun karena ulahnya yang makin cerdas.
Pembubuhan bahan kimia atau limbah industri dan rumah tangga mempengaruhi kehidupan floran dan fauna dalam air sungai. Pencemar ini dapat mengakibatkan kematian sejumlah spesies makhluk hidup yang hidup bergantung pada air sungai tersebut. Dalam jangka yang panjang, pencemaran air sungai di perkotaan ini tidak hanya membinasakan hewan dan tumbuhan yang langsung bergantung pada sungai tersebut, tetapi juga kehidupan manusia yang secara tidak langsung bergantung pada sungai.
B. Saran
Alasan yang sering diajukan mengenai pencemaran air sungai yang disebabkan oleh perbuatan manusia yaitu kealpaan manusia untuk mengenal bahwa ia sendiri bagian dari alam. Sepanjang manusia hidup ia terus-menerus mengeksploitasi alam. Seharusnya manusia sadar akan antar hubungan manusia dengan alam. Manusia hendaknya membalikan kecenderungan yang terjadi saat ini pada lingkungan, khususnya pencemaran air sungai. Manusia hendaknya memahami ekologi dan berbagai azas ilmu lingkungan terutama konsep ekosistem air sungai.
Untuk menanggulangi masalah pencemaran air sungai di perkotaan, penduduk kota, pemilik industri, dan pemerintahan kota setempat sebaiknya bekerja sama dalam mengatasi masalah tersebut. Hal yang dapat dilakukan oleh penduduk kota dan pemilik industri ialah dengan tidak membuang limbah yang dihasilkannya ke sungai secara langsung, melainkan melalui serangkaian proses penguraian terlebih dahulu. Pemahaman kosep lingkungan hidup dan pentingnya ekosistem sungai juga perlu diberikan pada masyarakat umum, agar mereka dapat turut berperan aktif menjaga keseimbangan lingkungan yang ada saat ini, khususnya lingkungan air sungai. Selain itu, pemerintah sebagai pihak yang membuat dan mempunyai kebijakan seharusnya bersikap lebih tegas pada pihak-pihak yang merugikan ini. Misalnya dengan membuat peraturan dan sangsi yang tegas pada pelanggarnya. Insyaalah pencemaran air dapat diatasi.
DAFTAR PUSTAKA
Administrator. (2009). “Pencemaran Air.” [Online]. Tersedia:
http://www.bplhdjabar.go.id/index.php/did-you-know/lingkungan/305-pencemaran-air. [3 Mei 2011].
Alamendah. (2010). “Pencemaran Air Di Indonesia.” [Online]. Tersedia:
http://alamendah.wordpress.com/2010/08/01/pencemaran-air-di-indonesia/. [3Mei 2011].
Lutfi, Achmad. (2009). “Penanggulangan terhadap Terjadinya Pencemaran Air dan Pengolahan Limbah.”
[Online]. Tersedia: http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-lingkungan /pencemaran
air/penanggulangan-terhadap-terjadinya-pencemaran-air-dan-pengolahan-limbah/. [3 Mei 2011]
Muhammad, Yunus. (2007). “Pengertian dan Sumber Pencemaran Perairan”
[Online].Tersedia:http://yunuzmuhammad.blogspot.com/2007/11/pengertian-dan-sumber
pencemaran.html. [3 Mei 2011].
Sastrawijaya, A. Tresna. (1991). Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta.
Soemarwoto, Otto. (2004). Ekologi, Lingkungan Hidup, dan Pembangunan.
Jakarta: Djambatan.